Melirik Masjid Bambu di Tengah Reruntuhan Gempa

Pagar nya bambu, dinding nya dilapisi dengan bambu, lantai nya dibalut dengan bambu, bahkan pilar untuk menopang semua bangunan pun ditopang dengan bambu. Inilah alasan mengapa Sinergi Foundation sebagai yayasan atau lembaga sosial yang juga bergerak di bidang wakaf memberikan nama Masjid Bambu Nurul Hikmah yang sebelumnya hanya bernama Masjid Nurul Hikmah saja. Alasan mengapa dibangun dengan berbahan dasar bambu juga karena jika suatu waktu terjadi gempa susulan, maka masjid ini akan tetap berdiri kokoh dan gagah karena gempa tak akan mempengaruhi bambu-bambu yang dipakai oleh masjid ini. Lain hal nya jika berbahan dasar mengunakan batu bata dan semen. Masjid ini akan mudah roboh dan hancur jika ada gempa susulan lagi seperti hal nya yang sudah terjadi di masjid ini sebelumnya.

Masjid yang terletak di tengah desa Sembalun Bumbung Kabupaten Lombok Timur ini membuatku bisa merasakan semangat para penduduk desa di sini tak bisa dikalahkan oleh gempa. Sifat mereka yang selalu tabah dan percaya akan pertolongan Allah merupakan bukti dari berdirinya masjid bambu ini. Terbukti juga dengan dirubah nya beberapa kegunaan masjid ini. Sebelumnya masjid ini hanyalah musholla kecil yang tak dipakai banyak orang. Hanya dipakai untuk sholat lima waktu saja. Namun sekarang tak hanya sholat lima waktu saja, tetapi masjid ini sudah dipergunakan untuk sholat jum'at juga.

Saat mencoba masuk, sangat terasa sekali aura bambu yang dipoles dengan lembut. Masjid yang dilengkapi dengan Al-Qur'an yang tersebar di bagian sudut masjid menjadikan masjid ini tak kalah dengan masjid besar nan mewah yang memiliki aura ketenangan saat beribadah di dalamnya. Tak hanya Al-Qur'an saja yang ku temukan di dalam masjid ini, buku bacaan seperti karya ilmiah untuk menambah wawasan para warga di sekitar lingkungan masjid ini juga ikut melengkapi suasana ketenangan dalam dekapan masjid ini.

Melihat sejarah, pada pada masa kejayaan umat islam dahulu. Masjid tak hanya digunakan untuk tempat beribadah saja, masjid juga digunakan sebagai tempat kegiatan positif, seperti membaca buku dan belajar mengajar. Sehingga pada saat dahulu kala kita tidak heran melihat banyak sekali para ulama maupun ilmuwan muslim yang terlahir di bawah asuhan masjid. Bahkan para penghafal Al-Qur'an juga terlahir di bawah asuhan masjid. Sekarang sudah banyak kita lihat masjid-masjid di Indonesia yang sudah mulai menerapkan kegiatan positif nya melalui masjid. Seperti di Padang, Sumatra Barat. Pemerintah kota menjadikan masjid sebagai tempat kegiatan positif para pelajar setingkat SD maupun SMP. Bahkan mewajibkan seluruh pelajar untuk mengisi kegiatan positif itu pada setiap hari ahad. Hal ini juga mulai akan diterapkan di beberapa masjid jami' di Pekanbaru, Riau. Gerakan mengisi kegiatan seperti belajar mengajar dan membaca di masjid sudah mulai tersebar di seluruh Indonesia. Gerakan ini juga untuk mengurangi persepsi anak-anak bahwa masjid itu hanyalah untuk tempat sholat, dan hanya diisi oleh para orang dewasa. Gerakan ini juga sebagai media untuk mengenalkan anak-anak dengan masjid. Anak-anak bisa membaca, belajar, dan melakukan kegiatan positif lainnya di masjid, sehingga ketika sudah beranjak remaja anak-anak itu tidak akan merasa asing ketika melalui masjid. 
Masjid juga bisa dibilang pusat kurikulum pendidikan pada masa keemasan Islam. Masjid bisa melahirkan para Hafiz Qur'an, para ilmuwan yang berakidah kokoh. Masjid juga bisa melahirkan generasi yang baik.

Komentar

Postingan Populer